PALANGKA RAYA, neonusantara.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sedang melaksanakan rencana pembangunan kawasan industri sapi perah. Tujuan utamanya ialah untuk meningkatkan produksi susu nasional dan mendukung program prioritas pemerintah pusat seperti Makan Bergizi Gratis.
Kawasan industri sapi perah ini selain memperkuat ketahanan pangan berbasis protein hewani juga dirancang membuka lapangan kerja serta menjadikan Kalimantan Tengah sebagai salah satu pusat penghasil susu di tingkat nasional.
Berdasarkan pemetaan awal, lahan yang dipersiapkan seluas 18.050 hektare, dengan rincian 9.405 hektare di Kabupaten Barito Selatan dan 8.645 hektare di Barito Utara. Selain itu terdapat usulan tambahan dari Kabupaten Murung Raya seluas 12.928 hektare dan Kotawaringin Timur 5.061 hektare.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Tengah, Bambang Irawan, mengingatkan bahwa keberhasilan proyek ini tidak cukup hanya dengan ketersediaan lahan atau jumlah ternak. Ia menekankan perlunya kesiapan sistem hilirisasi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Ia menyebut bahwa selain menghasilkan susu segar, sebaiknya juga ada olahan lanjut seperti keju, susu bubuk, atau produk non-susu lainnya. Menurutnya, hilirisasi mutlak diperlukan.
Bambang menilai bahwa membangun peternakan tanpa fasilitas pendukung seperti pabrik pengolahan, teknologi sterilisasi, dan sistem distribusi yang baik akan menyebabkan potensi besar menjadi sia-sia. Tanpa infrastruktur tersebut, hasil produksi bisa terbuang.
Ia juga menekankan bahwa industri susu memerlukan penanganan higienis dan teknologi tinggi karena susu adalah produk bernutrisi tinggi dan mudah rusak. Proses sterilisasi wajib agar produk dapat dijual dan tidak merugikan peternak dan daerah.
Bambang meminta agar pelaku rantai pasok dari program Makan Bergizi Gratis juga terlibat sebagai bagian dari ekosistem industri. Dengan demikian, daerah dapat mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat kemandirian dalam produksi susu nasional.
Ia memperingatkan agar Kalimantan Tengah bukan hanya menjadi penyedia bahan mentah tanpa nilai tambah, seperti kasus kayu log yang selama ini dikirim dalam bentuk mentah sehingga nilai ekonominya kurang dinikmati.
Bambang menegaskan bahwa hilirisasi harus menjadi fondasi dalam pengembangan kawasan industri sapi perah. Jika semua proses dilakukan secara terintegrasi mulai dari lahan, produksi hingga pengolahan, hasilnya tidak hanya menunjang ketahanan pangan tetapi juga mendatangkan manfaat ekonomi bagi daerah. (red)