banner 728x250

DPRD Kalteng Sutik Soroti Lambatnya Rujukan Medis yang Berujung Kematian Pasien

Palangka Raya, neonusantara.id – Permasalahan pelayanan kesehatan kembali mengemuka di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) setelah terjadi keterlambatan penanganan medis yang berujung pada meninggalnya seorang pasien. Keterlambatan tersebut dipicu lambannya proses rujukan dari rumah sakit ke RSUD setempat.

Anggota DPRD Kalteng Fraksi Golkar dari Daerah Pemilihan II (Kotim–Seruyan), Sutik, menilai kejadian
itu sebagai bentuk kelalaian sistemik yang tidak boleh terus dibiarkan. “Itu sudah termasuk pelanggaran pelayanan. Saya sudah sempat berkomunikasi langsung dengan pihak RSUD dr. Murjani,” ujarnya, Jumat (25/7/2025).

Sutik mengungkapkan bahwa dirinya juga pernah merasakan langsung dampak buruknya pelayanan
kesehatan. “Orang tua saya dulu juga pernah menjadi korbannya,” tuturnya. Ia menilai layanan RSUD Murjani memang telah mengalami perbaikan dibanding sebelumnya, namun masalah utama justru terletak pada ketersediaan sumber daya manusia, khususnya dokter spesialis. “Fasilitas dan alat medis di RSUD Murjani sudah cukup lengkap, tetapi jumlah tenaga medisnya masih jauh dari ideal,” tegasnya.

Menurut Sutik, perbaikan pelayanan tidak cukup hanya dengan meningkatkan fasilitas. Ia mendorong kehadiran rumah sakit swasta sebagai langkah strategis untuk menciptakan iklim kompetitif yang mampu meningkatkan kualitas layanan kesehatan. “Keberadaan rumah sakit swasta sangat penting. Jika ada persaingan, pelayanan pasti lebih baik. Publik jadi memiliki pilihan, dan rumah sakit umum tidak bisa bertindak semaunya,” ucapnya.

Namun, untuk menunjang layanan baik di rumah sakit negeri maupun swasta dibutuhkan tenaga medis yang memadai. Sutik menjelaskan bahwa upaya mendatangkan dokter spesialis dari luar daerah sudah dilakukan, termasuk dengan memberikan insentif seperti rumah dinas, kendaraan dinas, hingga gaji tinggi. “Kami sudah tawarkan rumah dinas, bahkan rumah pribadi saya sendiri pernah saya sodorkan agar mereka tidak perlu sewa. Tapi tetap sulit. Rata-rata lebih memilih praktik di kota besar karena alasan
kenyamanan,” katanya.

Ia menekankan pentingnya strategi jangka panjang melalui investasi pada sumber daya manusia lokal. Salah satunya dengan memberikan beasiswa kepada putra-putri daerah untuk menempuh pendidikan kedokteran spesialis disertai kontrak ikatan dinas agar mereka kembali mengabdi. “Kalau sekolahnya dibiayai pemerintah dan ada kontrak ikatan dinas, pasti mereka balik. Tapi kalau pakai biaya sendiri, biasanya mereka enggan kembali setelah nyaman praktik di Jawa,” tandasnya.

Sutik menilai penyelesaian krisis layanan kesehatan tidak bisa hanya mengandalkan pembangunan fisik. Pemerintah daerah dan pusat harus menyusun kebijakan afirmatif yang fokus pada ketersediaan SDM, peningkatan daya saing layanan, serta pemerataan akses kesehatan di wilayah luar Jawa. (red)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *